ETHNIC
RUNAWAY
Tadi
sore tanpa sengaja saya nonton acara Ethnic Runaway di trans TV. Nggak tau
mulainya jam berapa, tetapi saya kayak sih telat acaranya karena pas nonton
ternyata lagi menjelajah Nias Selatan, tepatnya di Desa Hilinawale Fau, Nias.
Dengan
dibawakan oleh pembawa acara Mike dan Maya Septha, mereka masuk dalam keluarga
pada suku Nias tersebut. Scene tiba-tiba loncat pada tarian suku Nias, dan
terlihat Mike ikutan menari. Seperti
tarian pemberitahuan kepada masyarakat bahwa ada bangsawan yang telah meninggal
dunia. Lalu scene berubah, Maya Septha ikut Ina (bahasa Nias untuk Mamak) ke
dapur, yang mana dapurnya di bawah tanah rumah panggung. Turun tangga, lalu
Maya diingatkan untuk nggak kejedot
pintu lagi. Di dapur, Ina menjelaskan nbeberapa bahan dan tata cara dia dalam
membuat makanan khas Nias. Saya nggak tau pasti bahan-bahannya apa saja, tapi
ada kacang disitu, lalu dicampur dengan parutaqn kelapa, mestinya ditambah
daging babi cincang, tapi karena beberapa kru dan Mike sedang puasa (alias
muslim), makanya babi diganti dengan telur ayam. Setelah selesai memasak, sudah
saatnya berbuka puasa.
Maya punya sebuah inovasi, menambahkan
parutan keju diatas makanan yang sudah jadi tadi, agar sekeluarga bias mencoba
bagaimana rasa keju. Ternyata semuanya pada protes, katanya terlalu asin, nggak
enak (semua dalam bahasa Nias). Yah, gagal deh inovasinya Maya. Tapi Mike
terlihat menikmatinya, sampai-sampai daun yang dijadikan alas untuk makan
bersih seketika tak bersisa.
Di suku Nias ini, semua ramah, taka
sing dengan sapaan “Ya”ahowu” yang artinya kira-kira “semoga diberkati” atau
senagai ucapan salam, dan dijawab dengan “Ya”ahowu” lagi. Canda dan tawa selalu
ada diantara mereka, kebahagiaan dalam keseerhanaan, kebahagiaan dalam
keterbatasan yang sesungguhnya kaya akan ilmu pengetahuan, erat dengan nilai
budaya. Sampai ada seorang nenek yang sedang membuat bakul nasi dari tanah
liat, nantinya bakul itu akandipakai untuk memasak nasi dan bias juga untuk
menyediakan nasi setelah sudah matang. Lalu ada Ama (sebutan untuk Bapak) yang
membuat pisau, katanya butuh 3 jam untuk membuat satupisau, semua dengan
peralatan yang tradisional, namun mereka menjelaskan dengan riang. Ada pula Ina
yang membuat bantal dari rajutan daunkering semacam membuat ketupat, lalu diisi
dengan daun-daunan, dan voila, jadilah bantal.
Ada
satu mitos atau kepercayaan suku Nias, bahwa jika mereka sedang berburu, tidak
boleh ada satu wanitapun yang ikut berburu, “dapat membawa sial”, katanya.
Ketika itu, Maya ikut dalam kelompok berburu para lelaki, dan ternyata
buruannya pun lepas, sama sekali tak tertangkap, salah seorang bilang (dalam
bahasa Nias), “kamu sih bawa-bawa perempuan kesini, tangkapan jadi lepas”,
seraya Maya nyengir dan memohon maaf.dan mereka selalu percaya akan mitos tersebut.
Lalu
ada ritual Hombo Batu, atau Lompatan Batu khas Nias. Ada seseorang yang memulai
duluan, lari dengan membawa pedang (katakanlah seperti itu), hanya melakukan
loncatan kecil pada batu pijakan, menandai bahwa Hombo Batu dimulai. Lalu
beberapa orang bergantian melompati batu yang entah tingginya berapa meter itu.
Mite diminta mencoba melompoati batu, tetapi tidak berhasi, lalu pria yang
membawa pedang tadi kembali melakukan loncatan kecil pada batu pijakanm,
menandakan bahwa Hombo Batu telah selesai, dan tidak bioleh ada lagi yang
melompati batu tersebut.
Malamnya, Mike dan Maya diajak para
anak kecil bermain “Beli Sisir”, mirip ular naga panjang. Cara mainnya, ada
seorang yang berperan menjadi penjual sisir, lalu ayang lainnya berbaris
memanjang berhadapan dengan sang penjual sisir tadi. Ketika sang penjual sisir
menawarkan sisir, kira-kira begini, “mau beli sisir tidak?”, “Mau, tapi saya
tidak punya uang”, lalu akhirnya sang penjual sisir akan berlari mengajar
barisan anak lainnya untuk menangkap anak yang berbaris paling belakang, dan
anak yang berbaris paling depan wajib untuk melindungi teman-temannya yang
berbaris di belakangnya. Jika anak paling belakang tertangkap, maka dia jadi
penjual sisir tersebut, begitu seterusnya.
Acara
diakhiri dengan Tarian Perang, sebuah tarian semangat, layaknya hendak perang
beneran. Mike ikut serta dalam tarian ini, dan Maya memberikan semangat dari
pinggir lapangan dengan para Ina. Lalu mereka berpamitan pulang.
0 komentar:
Posting Komentar